Dalam era ketika setiap studio film
berusaha untuk menampilkan teknologi termutakhir mereka dalam menggarap
sebuah film animasi, rasanya cukup mengherankan untuk melihat Winnie
the Pooh. Film yang menjadi kali kedua bagi Walt Disney Animation
Studios dalam mengadaptasi kisah anak-anak populer karya penulis
Inggris, A. A. Milne, ini sama sekali tidak ditampilkan dengan durasi
yang panjang atau dengan teknologi tingkat tinggi yang mampu membuat
setiap orang terpesona atau dengan mengadaptasi teknologi 3D yang
rasanya saat ini sama sekali tidak dapat dihindarkan tersebut serta sama
sekali tidak menggunakan talenta suara aktor maupun aktris Hollywood
ternama dalam mengisikan suara setiap karakternya. Jika ada yang ingin
dicapai oleh Winnie the Pooh, maka hal itu adalah sebuah
keinginan untuk membawa kembali semua kenangan indah penontonnya tentang
tujuh karakter favorit mereka sekaligus menarik banyak penggemar baru
dari kelompok penonton muda yang akan dengan mudah jatuh cinta dengan
film ini.
Anda harus kembali ke tahun 1960an untuk
menyimak kembali bagaimana Walt Disney mengadaptasi sebuah seri buku
cerita anak-anak dan menjadikannya salah satu franchise
tersukses dan paling dicintai hingga saat ini. Film pertama dari seri Winnie
the Pooh sendiri dirilis pada tahun 1977 dengan judul The Many
Adventures of Winnie the Pooh yang berisi tiga segmen cerita yang
berbeda dan diadaptasi dari tiga seri buku cerita Winnie the Pooh
karya Milne. Film tersebut mendapatkan pujian luas dari kritikus film
dunia yang memuji bagaimana Walt Disney tetap mempertahankan gaya
ilustrasi E. H. Shepard yang terdapat di setiap buku cerita Winnie
the Pooh sehingga menjadikan The Many Adventures of Winnie the
Pooh terkesan seperti sebuah ‘buku cerita yang hidup.’
Seri Winnie the Pooh terbaru,
yang disutradarai oleh Stephen J. Anderson dan Don Hall serta
mendapatkan supervisi dari John Lasseter, juga mempertahankan kesan yang
telah dibuat oleh film pertamanya tersebut. Pun begitu, jangan mengira
bahwa Winnie the Pooh akan tampil minimalis jika dibandingkan
dengan film-film animasi yang banyak dirilis akhir-akhir ini. Penggunaan
teknik animasi tradisional yang digunakan – yang telah terbukti
berhasil pada The
Princess and the Frog (2009) dan Tangled
(2010) – tetap mempertahankan penggunaan warna-warna cerah alami
sehingga menjadikan setiap karakter dan lingkungan tempat cerita mereka
berada dapat tetap tampil menyenangkan untuk dilihat.
Winnie the Pooh sendiri
diadaptasi dari beberapa cerita petualangan Winnie the Pooh dan
teman-temannya yang ada dalam beberapa buku cerita Winnie the Pooh
karya Milne. Dikisahkan, Winnie the Pooh (Jim Cummings) terbangun dari
tidurnya dan menyadari bahwa ia telah kehabisan madu yang selalu menjadi
makanan favoritnya. Setelah selesai mencari ke seluruh sudut rumah,
Pooh akhirnya bergerak keluar dari rumahnya, berusaha untuk menjumpai
teman-temannya dan meminta persediaan madu mereka… walaupun kemudian
akhirnya terjebak dalam serangkaian kejadian yang menghalangi perutnya
untuk merasakan kenikmatan madu sesegera mungkin.
Hambatan pertama yang ia hadapi datang
ketika ia menjumpai Eeyore (Bud Luckey) dan menyadari bahwa Eeyore telah
kehilangan ekornya. Pooh akhirnya memberitahukan hal tersebut pada
Christopher Robin (Jack Boulter) yang kemudian membuat sayembara bagi
para penghuni Hundred Acre Wood untuk dapat menemukan ekor Eeyore yang
hilang. Ketika sayembara tersebut berlangsung, Pooh, Eeyore, bersama
sahabatnya, Tigger (juga diisisuarakan oleh Jim Cummings), Rabbit (Tom
Kenny), Owl (Craig Ferguson), Piglet (Travis Oates), Kanga (Kristen
Anderson-Lopez) dan Roo (Wyatt Dean Hall) kemudian menemukan Christopher
Robin telah menghilang dengan kemungkinan bahwa ia telah diculik oleh
seorang monster bernama The Backson. Kini, mereka semua bersatu dan
berusaha untuk membuat sebuah jebakan untuk menangkap The Backson dan
merebut kembali Christopher Robin.
Plot cerita Winnie the Pooh –
terlepas dari kenyataan bahwa dikerjakan oleh sepuluh orang penulis
naskah – adalah begitu sederhana, mudah ditebak dan sangat
kekanak-kanakan dengan sejumlah cerita berusaha menyelipkan pesan
mengenai arti sebuah persahabatan. Pun begitu, entah mengapa, setiap
penonton kemudian kemungkinan besar akan menemukan diri mereka
terperangkap dalam petualangan sederhana tersebut, tertawa melihat
berbagai kebodohan yang dilakukan Pooh dan sahabatnya serta tersentuh
melihat keakraban mereka. Jelas, faktor kenangan akan karakter-karakter
ini di masa kecil setiap penonton memegang peranan penting mengapa Winnie
the Pooh tetap mampu tampil menarik dan memikat.
Yang paling menarik dari film ini adalah
cara Anderson dan Hall dalam menceritakan petualangan Winnie the
Pooh dan sahabatnya. Dihantarkan oleh narasi John Cleese, penonton
seperti diajak berinteraksi dengan setiap karakter ketika mereka
terlihat sadar bahwa mereka sedang berada dalam sebuah buku cerita,
menggunakan deretan huruf-huruf dalam sebuah paragraf dalam tindakan
mereka dan bahkan berhenti untuk berinteraksi dengan narasi yang sedang
menceritakan kisah film tersebut. Ini masih ditambah dengan iringan
lagu-lagu karya Robert Lopez dan duo She & Him, Zooey Deschanel dan
M. Ward. Vokal Deschanel yang lembut, namun sangat kaya dan komikal,
sangat sesuai dengan jalan cerita Winnie the Pooh dan
menjadikan setiap lagu yang ia nyanyikan beradaptasi dengan sempurna
pada seluruh adegan yang ada di dalam film.
Pernyataan bahwa Winnie the Pooh
akan bekerja dengan sangat baik pada setiap penonton muda jelas
bukanlah sebuah pernyataan baru lagi. Dengan jalan cerita yang
sederhana, karakter-karakter yang begitu mudah untuk disukai serta
humor-humor ringan yang mengalir di tengah tema persahabatan yang erat
akan mampu membuat setiap penonton muda jatuh cinta terhadap franchise
yang telah berusia hampir setengah abad ini. Bagi penonton dewasa?
Rasanya juga tidak akan bermasalah. Seperti halnya setiap film Walt
Disney lainnya, film ini akan mampu mengeluarkan jiwa anak-anak setiap
penontonnya dan membuat mereka mengenang masa-masa indah tersebut.
Menyaksikan Winnie the Pooh hampir seperti mengunjungi sahabat
lama Anda: penuh dengan kenangan indah, menyenangkan, hangat dan membuat
Anda tidak ingin momen tersebut segera berakhir.
sumber : @http://amiratthemovies.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar